Bagaimana jika tiga kata kita urai menjadi sebuah cerita?
Siang yang cerah. Mentari berada tepat di puncak cakrawala. Tak henti-hentinya ia mendebar-debarkan jantung ini. Tak henti-hentinya ia membuat lengan ini terus mengusap keringat di dahi.
Aku teringat akan sebuah janji. Janji yang terucap dalam diam. Ponselku berdering sesaat sebelum aku menaiki angkutan kota dengan warna biru yang menjadi trademark-nya. Saat itu, seseorang meminta persetujuanku untuk menemaninya melakukan satu hal. Satu hal yang jarang kulakukan sejak satu kata 'putus' tiga tahun yang lalu berhasil keluar dari mulutku dengan murkanya. Sejak saat itu, aku menutup diri untuk hal semacam itu. Sampai orang yang berbicara di ujung telefon tadi berhasil mencairkan hati ini.
Malam tiba. Sesuai waktu yang telah dijanjikan, kami bertemu di tempat yang telah dijanjikan pula. Vintage style membalut hangat tubuhku malam ini. Kemeja biru tua bermotif bunga-bunga jadul yang kupadupadankan dengan rok hampir selutut berwarna senada, serta wedge setinggi 7cm. Aku memoles tipis wajahku dengan bedak dan sedikit lipstic berwarna nude di bibir, warna senada dengan wedge yang aku kenakan.
Saat langkah ini berakhir, aku mendapatinya sedang berdiri sembari tersenyum padaku. Aku membalasnya dengan senyuman tipis, lalu kami memasuki ruangan berukuran besar dengan banyak orang di dalamnya yang dihipnotis masal oleh sebuah layar berukuran sangat besar. Layar raksasa itu sedang memutar film bertema dokumenter yang juga berhasil menghipnotis kami berdua.
Malam telah larut. Ia mengantarku sampai di depan pintu rumah yang tertutup rapat. Setelah mengucap salam, Ia pun segera berlalu.
Setelah semua yang hal yang terjadi hari ini, rutinitas yang kulakukan di kampusku, hal yang secara spontan terjadi dan mendapatkan persetujuanku, aku berakhir di sini. Di sudut ruangan berukuran 5x8 meter yang telah saling mengenal denganku sejak 21 tahun yang lalu, saat aku dibawa pulang dari sebuah rumah sakit bersalin. Sebuah ruangan yang telah mengalami perubahan sangat signifikan dari very first look-nya.
Aku membaringkan tubuhku di atas kasur yang paling nyaman yang pernah ada, kemudian terlelap dalam angan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar