Kamis, 07 Agustus 2014

Edelweis-ku

Mimpi itu, tak pernah sedikitpun menghianati benakku sampai saat ini.

Selalu menyatu dengan aliran darah.

Bagaikan sebuah kereta api, mimpi itu tak pernah berhenti berlari dalam otakku.

Bagai bunga-bunga indah yang tak pernah menghianati musim semi.

Bagai mentari yang terik saat musim panas.

Bagai daun-daun kering berwarna oranye yang tak pernah berhenti mendekorasi musim gugur.

Bagai salju putih nan lembut yang tak pernah absent saat musim dingin menjelma.

Bagai angin yang tak henti-hentinya menyejukkan hati.

Terbingkai indah dalam sebuah harap.

Dan akan terus seperti itu sampai kedua bola mata ini menyaksikannya.

Sampai kedua tangan ini menyentuhnya.

Sampai bibir ini mengecupnya.

Sampai jantung ini berdebar karenanya.

Sampai kaki ini berpijak padanya.

Sampai diri ini berhasil merasakannya.

Begitulah mimpi itu terus berada di dalam sini.

Di suatu tempat paling indah di dalam diri setiap manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar